Minggu, 20 Juni 2010
makalah sistem ekskresi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sistem Ekskresi
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh mahluk hidup berbeda-beda.semakin tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :
• defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makana yang disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
• ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
• sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
• eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
2.2. Sistem Ekskresi pada Manusia
Sistem ekskresi pada manusia melibatkan alat ekskresi yang terdiri atas ginjal, kulit, hati dan paru-paru. Setiap alat ekskresi tersebut berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolism yang berbeda,kecuali air yang dapat diekskresikan melalui semua alat ekskresi. Berikut ini akan dibahas satu persatu peranan keempat alat ekskresi tersebut
1. Ginjal
Ginjal merupakan alat ekskresi utama pada manusia. Ginjal merupaka alat pengeluaran sisa metabolisme dalam bentuk urine yang di dalamnya mengandung air, amoniak (NH3), ureum, asam urat dan garam mineral tertentu.
Fungi ginjal :
a. mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain : urea, asam urat, amoniak, creatinin, garam anorganik, bacteri dan juga obat-obatan
b. mengekskresikan gula kelebihan gula dalam darah
c. membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mempertahankan tekanan osmotik ektraseluler
d. mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah.
Untuk mengetahui peranan ginjal sebagai alat ekskresi, kita perlu mengetahui aspek-aspek yang penting dai ginjal, yaitu:
a. Tipe Ginjal
Dalam sistem ekskresi vertebrata, terdapat tiga tipe ginjal, yaitu:
1. Tipe protonefros
Ginjal tipe ini muncul pertama kali pada saat embrio, benruknya bersegman, dan terletak jauh ke arah rongga tubuh. Setiap nit memiliki 1 nefrostoma yang bernuara ke dalam selom, tiak memiliki glomerulus.
2. Tipe mesonefros
Ginjal tipe ni secara segmental di tengah rongga tubuh. Beberapa nefrostoma bermuara ke dalam selom. Ekskresi dilakukan oleh glomerulus.
3. Tipe metanefros
Ginjal tipe ini tidak bersegmen, tidak memiliki nefrostoma, dan jumlah glomerulunya banyak. Ginjal ini dimiliki oleh hewan reptilia, burung, dan mamalia (termasuk manusia) dan berfungsi terus selama hewan-hewan tersebut hidup.
b. Struktur Ginjal
Ginjal manusia berbentuk seperti kacang merah dengan panjang sekitar 10 cm, berwarna merah, jumlahnya sepasang dan terletak dibagian dorsal dinding tubuhsebelah kiri dan kanan tulang belakang. Diperkirakan berat total ginjal sekitar 1% dari berat badan, dan setiap menit sekitar 20-25% darah yang dipompa jantung mengalir menuju ginjal. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi ginjal.
Potongan melintang ginjal memperlihatkan tiga daerah utama, yaitu korteks (bagian luar), medula (bagian sumsum ginjal), dan pelvis renalis (rongga ginjal).
Bagian luar dan sumsum ginjal mengandung satu juta nefron. Nefron adalah satuan struktural dan fungsional terkecil pada ginjal. Setiap nefron terdiri atas bada malpighi dan saluran panjang berbelit yang disebut saluran nefron. Pada badan malpighi terdapat kapsul bowman yang bentuknya seperti mangkuk. Kapsul bowman tersebut membungkus glomerulus yang merupakan jaringan pembuluh kapiler. Dari kapsul bowman keluar saluran panjang berbelit. Saluran panjang tersebut dibedakan atas tiga segmen yaitu pembuluh (tubulus) proksimal, lengkung henle, dan pembuluh distal. tubulus proksimal menuju ke segmen panjang berdinding tipis yaitu lengkung henle. Karena mirip leher angsa, lengkung ini sering disebut sebagai angsa henle.selanjutnya pembuluh (tubulus) ini berkelok-kelok lagi disebut tubulus distal yang bersanbunbg dengan pembuluh penampung (tubulus kolekta) yang berjalan melntasi korteks dam medula untuk bernuara pada rongga ginjal.
Dari rongga ginjal keluar saluran ureter yang bermuara pada kandung kencing (vesikula urinaria). Fungsi kandung kencing adalah sebagai tenpat penampungan sementara urine sebellum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urine melewati saluran yang disebut uretra. Selanjutnya urine keluar melalui lubang seni.
c. Pembentukan Urin
Pada proses pembentukan urin, terjadi beberapa proses yaitu proses filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Proses penyaringan darah terjadi pada kapiler glomerulus. Darah dari glomerulus akan melintasi sel-sel epiteleum dari kapsul bowman yang berfungsi sebagai penyaring disebut sel podosit. Hasil penyaringan ini berupa filtrate glomerulus (urine primer) yang komposisinya mirip dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Namun demikian, di dalam urin primer terdapat asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya.
2. Penyerapan kembali (reabsorpsi)
Urin primer yang merupakan hasil penyaringan selanjutnya mengalir ke pembuluh proksimal. Di dalam pembuluh ini terjadi proses penyerapan kembali bahan-bahan yang masih berguna antara lain glukosa, asam amino, dan ion-ion organik. Penyerapan tersebut berlangsung secara transpor aktif. Selain bahan-bahan tersebut,air juga mengalami rebsorpsi melalui proses osmosis. Proses penyerapan air ini terjadi juga di dalam pembuluh distal,lengkung henle, dan pembuluh pengumpul. Selanjutnya, bahan-bahan yang telah diserap kembali tersebut dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang terdapat di sekeliling pembuluh.
Setelah terjadi penyerapan akan dihasilkan urin sekunder yang komposisi zat-zat penyusunnya berbeda sekali dengan urine primer, di dalam urine sekunder ini zat-zat yang masih di utuhkan tidak ditemukan lagi.
3. Penambahan (augmentasi)
Augmentasi adalah proses penambahan zat-zat yang terlarut di dalam cairan tubuh ke filtrate yang ada di dalam saluran nefron. Proses augmentasi terjadi di pembuluh proksimal dan pembuluh distal. Komposisi urin normal terdiri atas 96% air dan 4% benda-benda padat yang meliputi 2% urea dan 2% hasil metabolik lain.
d. Factor-faktor yang mempengaruhi produksi urin
1. Hormone antidiuretik (ADH)
Apabila konsentrasi air di dalam darah turun, maka ADH disekresikan dan dialirkan kedalam ginjal bersama darah. Akibatnya permebilitas dinding tubulus distal dan saluran pengumpul terhadap air meningkat sehingga air masuk,diserap kembali. Akibatnya urin yang terbentuk sedikit, dan sebaliknya.
2. Jumlah air yang diminum
Apabila jumlah air yang diminum banyak, konsentrasi protein darah menurun dan konsentrasi air meningkat. Karena itu tekana koloid protein turun, sehingga tekanan filtrasinya menjadi kurang efektif. Akibatnya, air yang diserap berkurang dan urin yang diproduksi meningkat.
3. Konsentrasi hormone insulin
Apabila konsentrasi hormone insulin rendah, maka kadar gula dalam darah tinggi dan akan dikeluarkan melalui tubulus distal. Keberadaan zat gula tersebut akan mengganggu proses penyerapan kembali air di dalam tubulus distal. Akibatny orang yang bersangkutan akan sering mengeluarkan air.
e. Gangguan tubuh karena kelainan ginjal
Kelainan pada ginjal dapat mengakibatkan terganggunya proses dan sistem ekskresi. Gangguan tubuh tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Nefritis
Nefritis terjadi akibat infeksi kuman misalnya bakteri streptococcus pada nefron (glomerulus). Kuman ini masuk melalui saluran pernafasan kemudian dibawa oleh darah ke ginjal. Cirri-ciri penyakit ini adalah kaki penderita membengkak.
2. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan serta karena berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis. Diabetes mellitus (kencing manis) disebabkan karena kadar hormone insulin di dalam tubuh sangat rendah. Akibatnya proses perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu, sehingga glukosa dalam darah meningkat. Meningkatnya glukosa tidak mampu diserap kembali seluruhnya sehingga glukosa tersebut akan diekskresikan bersama urin.
Penyebab resistansi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi factor yang banyak berperan antara lain:
a. Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
b. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun denga cepat pada usia setelah 40 tahun. Penuruna ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
c. Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mancari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan meniungkatkan resiko terkena diabetes. Malnutrasi dapat merusak pancreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pancreas.
e. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mangalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penuruna produksi insulin. Hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
f. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas.
3. Diabetes insipidus
Seseorang dapat terserang penyakit diabetes insipidus apabila di dalam tubuhnya kekurangan hormone antidiuretik (ADH). Karena kekurangan hormone ADH, volume urin yang dihasilkan jauh melebihi normal, bahakan dapat mencapai 30 kali dari volume urin normal.sehingga penderita sering buang air kecil.
4. Albuminuria
Penyakit albuminuria terjadi karena kegagalan proses penyaringan, khususnya dalam menyaring protein. Akibatnya protein (albumin) lolos dalam penyaringan, sehingga ditemukan dalam urin.
5. Batu ginjal
Penyakit batu ginjal terjadi karena adanya endapan di dalam pelvis ginjal. Endapan terbentuk dari senyawa kalsium dan penumpukan asam urat.
Kurang minum atau sering menahan kencing kemungkinan besar dapat mengakibatkan terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal yang masih kecil dapat dihancurkan dengan obat-obatan atau sinar laser. Serpihannya dikeluarkan bersama urin. Batu ginjal yang besar dikeluarkan melalui operasi.
6. Anuria
Anuria merupakan kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urin. Keadaan ini disebabakan adanya kerusakan di glomerulus. Proses filtrasi tidak dapat dilakukan sehingga tidak ada urin yang dihasilkan.
2. Paru-paru
Paru-paru manusia berjumlah dua atau sepasang.pada dasarnya fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernafasan, namun peranan tersebut juga erat kaitannya dengan system ekskresi. Hal ini dikarenakan CO2 dan air yang merupakan hasil proses metabolisme di jaringan yang diangkut melalui darah akhirnya akan dibawa ke paru-paru untuk dibuang dengan cara difusi di alveolus.
Kelainan-kelainan pada paru-paru, diantaranya adalah:
a. asma atau sesak nafas, yaitu kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran pernafasan yang disebabkan oleh alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.
b. kanker Paru-Paru, yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan merokok.
3. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak didalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati mambantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan ammonia, urea, dan asam urat.
Sebagai kelenjar,hati menghasilkan empedi yang mencapai ½ liter setiap hari. Empedu yang disekresikan berfungsi untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air.
Hati juga menghasilkan enzim arginase yang dapat mengubah arginin menjadi ornitin dan urea. Ornitin yang terbentuk dapat mengikat NH3 dan CO2 yang bersifat racun. Fungsi lain dari hati adalah mengubah zat buangan dan bahan racun untuk dikeluarkan ke dalam empedu dan urin, mengubah glukosa menjadi glikogen.
Adapun fungsi hati bagi tubuh sebagai berikut.
a. sebagai tempat untuk menyimpan gula dalam bentuk glikogen
b. menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan membunuh bibit penyakit
c. mengatur kadar gula dalam darah
d. sebagai tempat pengubahan provitamin A menjadi vitamin A
e. menghasilkan empedu yang berguna untuk mengemulsikan lemak
f. menguraikan molekul hemoglobin tua
g. menyingkirkan hormon-hormon berlebihan
h. membentuk protein tertentu dan merombaknya
Sedangkan penyakit virus pada hati diantaranya:
a. Hepatitis virus tipe A
Hepatitis virus tipe A disebut juga hepatitis infeksiosa atau hepatitis epidemik adalah hepatitis viral yang akut, merupakan penyakit menular yang paling penting di negara-negara sedang berkembang. Virus hepatitis tipe A (HAV) yang mirip vicorna virus merupakan virus RNA yang tidak berselubung, mempunyai partikel ikosahedral dengan garis tengah 27 nm. virus akan menjadi tidak aktif oleh formalin, glutaraldehid aktif, dan larutan hipoklorit.
b. Hepatitis virus tipe B
Masa inkubasi yang panjang, dengan gejala-gejala yang timbul perlahan-lahan serta keluhan yang ringan menyulitkan mengenai infeksi hepatitis virus B secara dini. Sekitar 30% penderita hepatitis B tidak menunjukan gejala atau keluhan yang nyata. Hepatits B juga disebut hepatitis serum. Penyebab hepatitis B adalah hepatitis B virus (HBV) yaitu hepadnavirus yang termasuk virus DNA .
c. Hepatitis virus tipe C
Hepaitits C virus (HCV) merupakan penyebab utama hepatitis kronik pascatransfusi, yang mula-mula dikenal sebagai hepatitis non-A non-B. sekitar 75% penderita hepatitis C akan berkembanmg menjadi hepatitis kronik. Hepatitis virus C (HCV) adalah flavirus, suatu virus RNA yang morfologinya mirip vicorna virus, dengan virion yak berselubung, mempunyai ukuran garis tengah 27 nm. secara antigenic virus hepatitis tipe C berbeda dari virus hepatitis tipe A maupun tipe B.
d. Hepatitis virus tipe D
Hepatitis delta virus (HDV) hanya dapat menimbulkan infeksi bila terdapat bersama-sama hepatitis B virus (HBV) , yaitu dalam bentuk koinfeksi ( HDV dan HBV bersama-sama menginfeksi eorang penderita pada saat yang sama) atau dalam bentuk superinfeksi, yaitu bila seseorang sedang menderita HBV kronis, kemudian terinfeksi dengan HDV.
e. Hepatitis virus tipe E
Hepatitis E virus (HEV) merupakan hepatitis yang dapat sembuh dengan sendirinya, tidak berkembang menjadi kronis dan viremia yang terjadi kemudian akan hilang. HEV merupakn virus RNA mirip calcivirus, berserat tunggal. HEV endemic di beberapa daerah di dunia dan epidemi dilaporkan telah terjadi di India, Burma, Afghanistan, Algeria, dan Meksiko. Penularan terjadi melalui air minum yang tercemar tinja penderita.
f. Yellow fever (demam kuning)
Yellow fever disebut juga black vomit adalah penyakit viral yang akut, timbul secara mendadak dengan gejala demam tinggi , tubuh sangat lemah dan pada penyakit yang berat dapat terjadi muntah berdarah, albuminuri, jaundis yang dapat diikuti dengan kematian penderita akibat terjadinya emboli. Yellow fever disebabkan oleh flavirus, virus RNA yang termasuk dalam grup B arbovirus dari family togaviridae.
4. Kulit
Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi berkat adanya kelenjar keringat yang terletak di lapisan dermis.
Kulit manusia terdiri atas:
a. Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (stratum korneum) dan lapisan Malpighi. Stratum korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas digantikan sel-sel yang baru. lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, menggantikan lapisan sel-sel pada stratum korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang member warna pada kulit.
b. Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Keringat mengandung air,garam, dan urea. Fungsi lain kulit selain sebagai alat ekskresi adalah sebagai organ penerima rangsang, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, bibit penyakit, dan pengaturan suhu tubuh. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus.
Adapun fungsi kulit antara lain:
a. Mengeluarkan keringat
b. Sebagai pelindung tubuh
c. Menyimpan kelebihan lemak
d. Mengatur suhu tubuh
e. Tempat pembuatan vitamin D dari provitamin D dengan bantuan sinar matahari yang mengandung ultraviolet.
Sedangkan Penyakit virus pada kulit diantaranya:
1. Measles (Rubeola)
Measles adalah penyakit virus akut yang sangat menular, menimbulkan demam tinggi disertai gambaran khas pada kulit berupa ruam makulopapula, gejala-gejala pada mata, dan radang kataral saluran pernafasan. Penyebab rubeola adalah measles virus, yang secara antigenic berbeda dari rubella virus,penyebab penyakit rubella.
2. Rubella
Penyakit yang disebut jtga sebagai campak Jerman ini sebenarnya termasuk penyakit eksantematus jinak pada anak-anak dan orang dewasa muda. Akan tetapi ternyata bahwa infeksi rubella yang menyerang ibu hamil pada trimester pertama dapat menimbulkan infeksi terhadap janin yang dikandungnya dan menimbulkan kelainan congenital pada organ-organ janin. Penyebab rubella adalah rubella virus, yang termasuk family togaviridae.
3. Herpes simplex
Herpes simplex primer sebenarnya merupakan penyakit local yang tidak selalu menunjukan gejala dan keluhan nyata, namun dapat berkembang menjadi penyakit sistematik yang berbahaya dan bahkan fatal.penyebab herpes simplex adalah herves simplex virus yang terdiri dari 2 tipe, yaitu herves simplex virus tipe 1 (HSV-1) dan herves simplex virus tipe 2 (HSV-2).
4. Varicella dan Zoster
Varicella atau disebut juga chickenpox adalah penyakit yang sangat menular yang terutama menyerang anak-anak. Penyakit ini akan berlangsung lebih parah apabila menyerang orang dewasa, bayi, dan oranmg-orang yang mempunyai daya tahan rendah.
Zoster merupakan penyakit menular yang sporadik, dengan cirri khas berupa radang unilateral dari akar dorsal ganglia atau ganglia saraf cranial yang ekstramedula. Penderita umumnya orang dewasa dan mungkin terjadi sebagai akibat reaktivasi virus yang berada dalam keadaan laten sesudah sembuh dari varicella.
Varicella maupun zoster disebabkan olah serotype viru yang sama, yaitu virus varicella-zoster (V-Z), yang termasuk dalam family herpetoviridae.
5. Variola
Cacar ( variola major, smallpox) adalah penykit demam yang sangat menular , yang mempunyai cirri khas berupa lesi-lesi vesikula dan pustula. Sedangkan alastrim (variola minor) adalah bentuk cacar yang secara klinis gejalanya lebih ringan daripada cacar dengan angka kematian yang selalu rendah. Cacar disebabkan oleh variola virus yang sangat menular dan dapat menimbulkan angka kematian yang tinggi.
6. Molluscum contagioscum
Adalah penyakit infeksi kulit jinak yang menunjukan gambaran khas adanya nodul-nodul kecil seperti mutiara pada kulit penderita. Penyakit ini ditimbulkan oleh molluscum contagiosum virus yang termasuk dalam kelompok poxvirus dari family poxviridae.
7. Verrucae (warts)
Adalah tumor kulit yang juga menimbulkan kelainan pada membrane mukosa yang berdekatan dengan kulit yang sakit. Pada manusia warts disebabkan oleh human papillomavirus yang dapat menimbulkan berbagai jenis kelainan yang bentuknya sesuai denga tempat infeksi dan reaksi yang ditimbulkan oleh hospes.
2.3. Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata
System ekskresi pada hewan invertebrata sangat sederhana bila di bandingkan dengan system ekskresi vertebrata. Pada protista bersel tunggal, dan bahkan juga pada spons, ekskresi biasanya dilakukan menggunakan vakuola kontraktil, yaitu suatu organel berisi cairan yang secara periodik berkontraksi untuk mendorong cairan, garam-garaman, dan zat buangan terlarut keluar dari sel. Air di dalam sel dipompa keluar, dan air di lingkungan masuk ke dalam sel secara osmosis. Sementara itu permukaan tubuhnya berfungsi untuk mengeluarkan co2 dengan cara difusi. Berikut ini akan dibahas system ekskresi pada cacing pipih, cacing tanah, dan serangga.
1. System ekskresi pada cacing pipih
System ekskresi pada cacing pipih, misalnya pada planaria, merupakan suatu system protonefridium. System protonefridium merupakan suatu sistem yang tersusun atas dua saluran longitudinal yang memanjang sejajar pada setiap bagian lateral tubuh.dari saluran tersebut terbentuk banyak cabang ke seluruh bagian tubuh cacing. Setiap cabang berakhir pada sel-sel api yang dilengkapi dengan seberkas silia (bulu getar). Cairan tubuh yang masuk ke sel api,selanjutnya menuju saluran ekskresi. Sel api hanya berperan mengekskresikan air dan air dikeluarkan melalui lubang (nefridiofor). Adapun sisa metabolisme selain air akan dikeluarkan dari tubuh secara difusi.
2. System ekskresi pada cacing tanah
System ekskresi pada cacing tanah berupa system nefridium. Setiap segmen tubuh cacing tanah mengandung sepasang nefridium, kecuali pada tiga segman pertama da satu segman terakhir. Setiap nefridium terdiri atas:
A. Nefrostoma, yaitu corong bersilia yang terdapat pada rongga tubuh semu (pseudoselom).
B. Duktus ekskretoris, yaitu saluran atau pipa halus yang berliku.
C. Nefridior, merupakan lubang tempat keluarnya sisa metabolisme.
Jika silia di nefrostoma bergetar akan menimbulkan aliran cairan tubuh yang mengandung sisa-sisa metabolism dari rongga tubuh menuju nefridium. Pada saat cairan mengalir dalam duktus ekskretori,bahan-bahan yang masih berguna akan direabsorpsi oleh sel-sel yang melapisi saluran. Bahan yang tidak berguna akhirnya akan dikeluarkan dari tunuh cacing menuju ke lingkungan. Sedangkan karbondioksida akan dikeluarkan melalui permukaan kulit.
3. System ekskresi pada serangga
System ekskresi pada serangga misalkan belalang,berupa pembuluh malphigi. Pembuluh-pembuluh malphigi merupakan serabut seperti benang halus berwarna putihkekuninga dalam jumlah yang banyak.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Sistem ekskresi merupakan pengeluaran limbah hasil metabolisme pada organisme hidup. Sistem ekskresi pada hewan invertebrata sangat sederhana bila di bandingkan dengan sistem ekskresi vertebrata.
Zat sisa metabolisme yang harus dikeluarkan antara lain karbondioksida (CO2), urea, air (H2O), amonia (NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu. Organ pengeluaran zat sisa pada manusia dan hewan vertebrata berupa ginjal, kulit, paru-paru dan hati. Sedangkan pada hewan vertebrata berupa pembuluh malphigi, sel-sel api dan nefridior.
Pada sistem ekskresi manusia terdapat banyak kelainan dalam proses pengeluaran sisa metabolisme, baik kelainan yang terdapat di ginjal, paru-paru, hati, maupun di kulit.
3.2. Saran
Dengan mengetahui proses sistem ekskresi dan kelainannya, semoga kita bisa lebih menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita bisa merawat sistem ekskresi kita dengan baik, karena tubuh kita rentan sekali terkena kelainan yang telah disebutkan di atas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar